V. FORMAT DAN STRUKTUR USULAN PKM‐KARYA TULIS
5.1. PKM‐Artikel Ilmiah (PKM‐AI)
5.1.1. PENJELASAN UMUM
Berbeda dengan keempat jenis PKM lain yang melibatkan pelaksanaan kegiatan fisik di
laboratorium ataupun lapangan, PKM‐AI tidak mengenal adanya kegiatan semacam itu.
Jika dalam keempat jenis PKM lain, kelompok mahasiswa mengajukan usulan kegiatan
ke DP2M, maka untuk PKM‐AI kelompok mahasiswa cukup menyampaikan karya tulis
dalam bentuk artikel ilmiah. Karya tersebut ditulis mengacu pada kegiatan yang telah
selesai dilakukan kelompok mahasiswa yang sama. Kelompok penulis yang artikel
ilmiahnya dinilai baik, akan memperoleh insentif dana tunai sebesar Rp 3 juta,‐ dan
artikelnya menjadi bahan publikasi dalam Jurnal Kreativitas Mahasiswa.
PKM‐AI bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menuangkan
pemikiran dan hasil‐hasil kegiatan ilmiah yang telah dilakukan ke dalam bentuk sebuah
artikel ilmiah sesuai kriteria standar penulisan jurnal ilmiah. Dengan demikian program
ini diharapkan mampu mengantarkan mahasiswa kepada keterampilan atau kemahiran
menulis. Melalui kemahiran tersebut mahasiswa secara runut mampu menguraikan
suatu permasalahan sehingga mendorong perlunya usaha penyelesaian atau pencarian
solusi dengan tujuan tertentu, kaitannya dengan usaha‐usaha yang mungkin telah
dilakukan orang lain. Di samping itu mahasiswa juga mampu memilih teknik dan
landasan metode penyelesaian masalah disertai dengan kemampuan menguraikan
landasan teori yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, serta ketajaman
pembahasan dan menganalisis hasil yang diperoleh, yang akhirnya bermuara pada
penyimpulan upaya penyelesaian masalah yang telah dilakukan.
Dampak lain yang ingin dicapai melalui program ini ialah adanya diseminasi hasil
kegiatan mahasiswa yang mampu memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu dan
teknologi atau manfaat lain bagi masyarakat. Hal ini akan tercapai khususnya apabila
artikel yang dinilai baik dapat diterbitkan dalam salah satu jurnal ilmiah di bidangnya
yang terbit di tanah air. Berkaitan dengan harapan ini, pihak DP2M Ditjen Dikti juga
merencanakan untuk meng‐upload artikel PKM‐AI yang baik untuk diletakkan di situs
web Dikti.
Ada tiga karakter utama PKM‐AI, yaitu: a) tidak ada usulan pembiayaan; b) usulan
berupa artikel ilmiah siap terbit yang mengikuti kelaziman kaidah penulisan suatu jurnal
ilmiah; c) sumber penulisan artikel ilmiah tersebut adalah kegiatan yang telah selesai
dilakukan kelompok mahasiswa penulis artikel. Karakter terakhir ini sekaligus
menunjukkan bahwa sumber penulisan merupakan kegiatan, bukan laporan.
Dalam PKM, kreativitas dan kerja sama tim merupakan dua unsur yang diprioritaskan.
Oleh karena itu, sejak dimulainya implementasi PKM‐I tahun 2006 dan PKM‐AI 2009,
penulisan mahasiswa tunggal dalam rangka Skripsi atau Tugas Akhir tidak
diperkenankan lagi karena tidak adanya unsur kerja sama tim. Batas penyerahan artikel
PKM‐AI di DP2M adalah bulan Maret setiap tahun berjalan. Sebagaimana pembidangan
dalam 4 (empat) PKM lain, PKM‐AI menganut pembagian bidang yang sama.
5.1.2. PERSYARATAN DAN PETUNJUK PENULISAN PKM‐AI
5.1.2.1 Persyaratan Administratif
a) Peserta PKM‐AI adalah kelompok mahasiswa yang sedang aktif mengikuti program
pendidikan S1 atau Diploma. Mahasiswa pengusul dapat berasal dari berbagai
program studi yang berbeda atau dari satu program studi yang sama, tergantung
pada bidang kegiatan yang telah selesai dilaksanakan, namun masih dalam satu perguruan tinggi yang sama. Keanggotaan mahasiswa berasal dari minimal 2 (dua)
angkatan yang berbeda.
b) Seorang mahasiswa diperkenankan masuk ke dalam kelompok pengusul PKM‐AI
yang berbeda (lebih dari satu kelompok PKM‐AI). Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa artikel PKM‐AI ditulis dari sumber kegiatan yang telah selesai dan
kemungkinan seorang mahasiswa turut menyelesaikan beberapa kegiatan dalam
kelompok yang berbeda. Meskipun demikian, mengingat alokasi waktu yang
terbatas, harapan terjadinya penyebaran dana secara seimbang, dan terlibatnya
sebanyak mungkin mahasiswa, maka seorang mahasiswa hanya dibenarkan
mengirimkan sebanyak‐banyaknya 2 (dua) artikel PKM‐AI, satu sebagai ketua, satu
sebagai anggota, atau kedua‐duanya sebagai anggota kelompok.
c) Seorang dosen diperkenankan menjadi pembimbing/pendamping lebih dari satu
kelompok pengusul PKM‐AI, sesuai dengan statusnya saat pembimbingan kegiatan
yang telah selesai dilakukan. Namun, jumlah maksimal yang dibimbing dibatasi 5
kelompok.
d) Naskah diserahkan dalam bentuk hardcopy siap terbit (camera ready) serta soft copy
dalam CD dengan format Microsoft Word (doc) dan Adobe Acrobat Reader (pdf).
Foto dan gambar kalau perlu disimpan dalam direktori terpisah (sebagai cadangan)
dalam CD. Format gambar yang disarankan adalah JPG, untuk foto bisa berasal dari
kamera digital atau hasil digitasi menggunakan scanner. Semua file disimpan dalam
sebuah folder/direktori dengan nama folder/direktori mengikuti aturan penamaan
sebagai berikut :
PKM‐AI‐nn‐NamaPT‐NamaDepanKetua‐Judul_3_Kata_Pertama
dengan nn : tahun anggaran pendanaan kegiatan NamaPT :
Nama singkatan perguruan tinggi yang biasa
digunakan Contoh:
PKM‐AI‐10‐UNIBRAW‐Wahyudi‐Pengaruh Suhu dan Tekanan‐‐‐‐‐
PKM‐AI‐10‐UMS‐Agung‐Ketahanan Masyarakat Terhadap‐‐‐‐‐
Untuk setiap file yang disertakan, usahakan untuk memberi nama yang
menggambarkan isi dari file tersebut.
5.1.2.2.Persyaratan Penulisan
a) Tulisan/naskah bersumber dari karya mandiri mahasiswa pada bidang akademik
seperti Praktek Lapang, Kuliah Kerja Nyata, Magang, Penelitian (bagi mahasiswa
yang membentuk Kelompok Studi/Riset misalnya), Studi Kasus Kelompok dalam
rangka Tugas Khusus Mata Kuliah tertentu, serta hasil kegiatan lain seperti PKM‐P,
PKM‐T, PKM‐K, PKM‐M dan Penelitian Inovatif terkait dengan Program IM HERE
atau sejenisnya. Karya tersebut telah dilaksanakan kelompok mahasiswa yang
menuliskannya. Jumlah anggota kelompok 3 s/d 5 orang dan merupakan mahasiswa
program S1 atau Diploma yang masih aktif.
b) Setiap Artikel harus disertai Surat Pernyataan Sumber Penulisan yang ditanda
tangani oleh ketua kelompok tanpa menggunakan materai dan harus diketahui
oleh Ketua Program Studi.
c) Naskah belum pernah diterbitkan/dipublikasikan sebelumnya (naskah yang pernah
diterbitkan di suatu jurnal dan naskah yang pernah memenangkan suatu lomba
penulisan ilmiah tidak diperbolehkan diajukan sebagai artikel PKM‐AI).
d) Naskah ditulis menggunakan aplikasi pengolah kata Microsoft Word. Penyerahan
akhir disertai juga dengan format Adobe Acrobat.e) Naskah ditulis minimal 8 (delapan) dan maksimal 10 (sepuluh) halaman termasuk
abstrak, daftar pustaka, dan lampiran. Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan
ketentuan tersebut dapat mengurangi penilaian.
f) Bahasa Indonesia yang digunakan harus baku dengan tata bahasa dan ejaan yang
disempurnakan, sederhana, jelas, satu kesatuan, mengutamakan istilah yang
mudah dimengerti, tidak menggunakan singkatan seperti “tdk”, “tsb”, “yg”, “dgn”,
“sbb”, “dll”.
5.1.2.3. Petunjuk Penulisan/Pengetikan
1. Naskah diketik 1 (satu) spasi pada kertas berukuran A4 dengan font 12, roman time
style, jarak pengetikan 4 cm dari samping kiri, 3 cm dari samping kanan, 3 cm dari
batas atas, dan 3 cm dari batas bawah.
2. Cara penulisan Bab dan Sub‐bab tidak menggunakan sistem numeral, artinya tidak
ada penomoran Bab dan Sub‐bab. Penulisan bab baru mengikuti bab sebelumnya
dengan jarak 3 spasi antara judul bab dengan baris terakhir bab sebelumnya (tidak
berganti halaman baru).
3. Judul artikel diketik menggunakan huruf besar (kapital) dengan font style bold
(cetak tebal) dengan posisi di tengah tanpa digarisbawahi.
4. Judul Bab diketik menggunakan huruf besar (kapital) dengan font style bold (cetak
tebal) dimulai dari sebelah kiri tanpa digaris‐bawahi.
5. Judul Sub‐bab ditulis dengan font style bold (cetak tebal), dimulai dari sebelah kiri,
huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (kapital), kecuali kata‐kata
tugas, seperti preposisi (“di”, “ke”, “dari”, “yang”, “antara”, “pada”, “untuk”,
“tentang”, “dengan”); kata sambung (“dan”, “atau”, “sejak”, “setelah”,
“karena”).
6. Judul Anak Sub‐bab ditulis dengan font style italic (cetak miring) dimulai dari
sebelah kiri, huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (kapital), kecuali
kata‐kata tugas, seperti preposisi (“di”, “ke”, “dari”, “yang”, “antara”, “pada”,
“untuk”, “tentang”, “dengan”); kata sambung (“dan”, “atau”, “sejak”, “setelah”,
“karena”).
7. Jarak pengetikan antara Bab dan Sub‐bab 2,5 spasi, antara Sub‐bab dan kalimat
dibawahnya 2 spasi.
8. Alinea baru diketik menjorok ke dalam (diberi indentation) sebanyak 7‐8 karakter
(sekitar 1,25 cm).
9. Abstrak dan Daftar Pustaka diketik 1 spasi. Khusus abstrak ditulis menggunakan
font style italic (cetak miring).
10. Nama‐nama penulis beserta alamat institusinya diketik tepat di bawah judul artikel
dengan jarak 1,5 spasi
11. Bagian kelengkapan administratif yang meliputi halaman judul, nama/daftar
anggota kelompok, halaman pengesahan serta kata pengantar apabila ada, diberi
nomor halaman menggunakan angka romawi kecil dan diketik di sebelah kanan
bawah (i, ii, dan seterusnya).
12. Bagian utama (naskah artikel) diberi nomor halaman menggunakan angka arab
yang dimulai dengan nomor halaman 1 (satu) dan diketik di sebelah kanan atas
dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas.
13. Tabel diberi judul dengan penomoran tabel sesuai dengan urutan kemunculannya
dalam naskah. Judul tabel ditulis di atas tabel dengan nomor tabel menggunakan
angka arab.
14. Gambar baik dalam bentuk grafik maupun foto diberi judul dengan penomoran
gambar sesuai dengan urutan kemunculannya dalam naskah. Judul gambar ditulis wah gambar dengan nomor gambar menggunakan angka arab.
15. Hindari penggunaan warna dalam gambar, gunakan teknik grey‐scale untuk
mengemulasi warna dalam foto atau diagram, dan gunakan pattern/pola untuk
menggantikan warna dalam grafik garis ataupun diagram.
5.1.3. FORMAT dan STRUKTUR PENULISAN
Di luar kriteria format dan struktur yang tercantum dalam Pedoman PKM 2009, penulis
diijinkan mengikuti format dan struktur yang berbeda sepanjang masih mengacu pada
kriteria yang sama sebuah jurnal ilmiah yang memiliki ISSN. Untuk kasus yang demikian,
penulis diwajibkan untuk melampirkan sebuah kopi artikel dari jurnal yang diacu
tersebut sebagai bukti.
WWW.DIKTI.COM
Kamis, 26 Mei 2011
Minggu, 15 Mei 2011
Kamis, 05 Mei 2011
KARATERISTIK KOPI
Kopi adalah minuman yang dicampurkan dengan air panas yang disedia daripada benih panggang, biasanya dipanggil biji kopi, bagi tumbuhan kopi. Disebabkan kandungan kafeinnya, kopi mempunyai kesan perangsang pada manusia. Hari ini, kopi adalah satu daripada minuman paling disukai itu di seluruh dunia.
Kopi adalah pertama diminum dalam abad kesembilan, apabila ia telah ditemui di tanah tinggi Etiopia. Dari situ, ia merebak ke Mesir dan Yemen, dan pada abad ke-15, telah sampai Armenia, Farsi, Turki, dan di utara Afrika. Dari dunia Islam, penyebaran kopi ke Itali, dan seluruh Eropah, dan ke Amerika.
Terdapat dua spesies utama pokok Kopi; Coffea arabica merupakan kopi tradisional, dan dianggap lebih baik. Coffea canephora (robusta) mempunyai kandungan Kafeina yang lebih tinggi dan boleh ditanam dikawasan yang tidak sesuai untuk arabica, mendorong kepada penggunaannya sebagai gantian murah bagi arabica dalam kebanyakan hasil kopi perdagangan. Berbanding Arabica, Robusta cenderung mempunyai rasa pahit dan lebih berasid. Robusta bermutu tinggi digunakan sebagai bahan dalam sesetengah campuran espresso untuk menambah lebih rasa pada kos yang lebih rendah. Di Itali kebanyakan espresso menggunakan Robusta digoreng garing (dark roasted ).
Proses pengorengan adalah penting bagi menghasilkan secawan kopi yang berperisa. Apabila digoreng, biji kopi hijau mengembang menjadi sehing sekali ganda saiz asal, bertukar warna dan kepadatan. Apabila biji kopi menyerap haba, warna bertukar menjadi kuning dan kemudian perang "kayu manis" lembut. Semasa pengorengan minyak kelihatan pada permukaan biji kopi. Biji kopi bertukar menjadi sehingga semakin gelap sehingga pemanasan dihentikan.
Jika dipanaskan sedikit sahaja, biji kopi akan mengekalkan "rasa asal" - rasa yang terhasil pada biji kopi dari keadaan tanah dan cuaca dilokasi ia ditanam. Biji kopi dari kawasan terkemuka seperti Jawa dan Kenya biasanya dipanaskan sedikit sahaja agar ciri-ciri asal kekal dalam rasa. Kaedah pengorengan tempatan bagi bandar Ipoh di Malaysia membabitkan penambahan mentega semasa proses pengorengan, menghasilkan variasi yang dikenali sebagai kopi "putih" Ipoh.
Apabila biji kopi semakin kehitaman menjadi perang gelap, perisa asal biji kopi ditenggelami oleh perisa proses penggorengan itu sendiri. Pada penggorengan garing, "perisa goreng" begitu kuat sehinggakan sukar menentukan asal biji kopi yang digunakan dalam proses tersebut. Biji kopi yang digoreng dijual menurut kadar pengorengan, dari "Gorengan Kayu Manis Ringan (Light Cinnamon Roast)" kepada "Gorengan Vienna (Vienna Roast)" kepada "Gorengan Perancis (French Roast)" dan selanjutnya. Garis pemisah kadar gorengan iaitu tahap "amat garing" dan "hangus" menjadi perdebatan. Tidak seperti yang disangkakan, gorengan garing dan kopi yang lebih kuat rasanya tidak mempunyai lebih (caffeine) berbanding gorengan ringan. Pembekal kopi kebangsaan utama menyesuaikan keluaran mereka untuk memenuhi cita rasa kawasan tertentu dalam negara; sebagai contoh, setin serbuk kopi yang dibeli di Tenggara atau Timur Laut Amerika Syarikat akan mengandungi gorengan lebih garing berbanding pembungkusan yang serupa yang terdapat di tengah Amerika Syarikat.
Pada abad ke 19, kopi biasanya dibeli dalam bentuk biji kopi dan digoreng dalam kuali goreng. Pengorengan bentuk ini memerlukan kemahiran untuk dilakukan dengan baik, dan ditinggalkan apabila serbuk kopi siap digoreng kedap vakum berjaya dihasilkan. Malangnya, disebabkan kopi menghasilkan CO2 selama beberapa hari selepas digoreng, ia perlu dibiarkan lemau sebelum boleh dikedap vakum. Disebabkan ini dua teknologi telah digunakan kini: Illy telah menggunakan tin tekanan dan kebanyakan bungkusan biji kopi digoreng disimpan dalam bungkusan dengan injap bebas tekanan. Masa kini, pengorengan dirumah menjadi popular kembali.
Pengoreng drum berkomputer tersedia yang memudahkan pengorengan di rumah, dan sesetengah orang hanya menggoreng biji kopi menggunakan oven atau pembuat bertih jagung (popcorn). Setelah digoreng, kopi kehilangan rasa dengan cepat, walaupun dengan disimpan dalam bekas kedap oksigen untuk melambatkan proses pengoksidaan. Walaupun sesetengah cenderung menunggu sehingga 24 jam selepas menggoreng untuk menghasilkan cawan pertama, kesemua mereka bersetuju bahawa ia kehilangan perisa dan kepahitannya selepas seminggu digoreng, walaupun di bawah keadaan yang sempurna.
Empat faktor harus diperhitungkan saat menikmati secangkir kopi. They refer to its main characteristics: Mereka mengacu pada karakteristik utama:
Keasaman:
Acidity is related to the dryness caused by coffee on the edges of the tongue and the back part of the palate. Keasaman ini terkait dengan kekeringan yang disebabkan oleh kopi di tepi lidah dan bagian belakang langit-langit. Without sufficient acidity, the coffee is frequently flat. Tanpa keasaman cukup, kopi sering datar.
Aroma: Aroma:
To feel the aroma of coffee, we first inhale the vapor that rises from the cup. Untuk merasakan aroma kopi, pertama-tama kita menghirup uap yang naik dari cangkir. Just like a wine taster, a good coffee drinker, inhales the aroma before allowing his lips to touch the coffee. Sama seperti pencicip anggur, peminum kopi yang baik, menghirup aroma sebelum mengizinkan bibirnya menyentuh kopi.
Body: Body:
This factor is related to the oils and substances extracted from the beans in the course of their processing and refers to the feeling the coffee leaves in the mouth, its viscosity, weight, and thickness. Faktor ini berkaitan dengan minyak dan zat diekstrak dari kacang dalam proses pengolahan dan mengacu pada rasa kopi daun di dalam mulut, viskositas, berat, dan ketebalan. Coffee should not be too liquid. Kopi tidak boleh terlalu cair. It should possess a certain body for not running quickly and escaping the surface of the tongue, leaving it velvety. Ini harus memiliki tubuh tertentu untuk tidak berjalan cepat dan melarikan diri permukaan lidah, meninggalkannya beludru. Only then is it possible to fully appreciate the taste of the beverage. Hanya kemudian adalah mungkin untuk sepenuhnya menghargai rasa minuman.
Taste: Rasanya:
The relation between acidity, aroma, and body gives coffee its taste: caramel, chocolaty, fragrant, fruity, ripe, sweet, almondy, delicate, piquant, etc. Hubungan antara keasaman, aroma, dan tubuh memberikan rasa kopi nya: karamel, chocolaty, harum, buah, matang, manis, almondy, halus, agak pedas tapi enak, dll
Kopi adalah pertama diminum dalam abad kesembilan, apabila ia telah ditemui di tanah tinggi Etiopia. Dari situ, ia merebak ke Mesir dan Yemen, dan pada abad ke-15, telah sampai Armenia, Farsi, Turki, dan di utara Afrika. Dari dunia Islam, penyebaran kopi ke Itali, dan seluruh Eropah, dan ke Amerika.
Terdapat dua spesies utama pokok Kopi; Coffea arabica merupakan kopi tradisional, dan dianggap lebih baik. Coffea canephora (robusta) mempunyai kandungan Kafeina yang lebih tinggi dan boleh ditanam dikawasan yang tidak sesuai untuk arabica, mendorong kepada penggunaannya sebagai gantian murah bagi arabica dalam kebanyakan hasil kopi perdagangan. Berbanding Arabica, Robusta cenderung mempunyai rasa pahit dan lebih berasid. Robusta bermutu tinggi digunakan sebagai bahan dalam sesetengah campuran espresso untuk menambah lebih rasa pada kos yang lebih rendah. Di Itali kebanyakan espresso menggunakan Robusta digoreng garing (dark roasted ).
Proses pengorengan adalah penting bagi menghasilkan secawan kopi yang berperisa. Apabila digoreng, biji kopi hijau mengembang menjadi sehing sekali ganda saiz asal, bertukar warna dan kepadatan. Apabila biji kopi menyerap haba, warna bertukar menjadi kuning dan kemudian perang "kayu manis" lembut. Semasa pengorengan minyak kelihatan pada permukaan biji kopi. Biji kopi bertukar menjadi sehingga semakin gelap sehingga pemanasan dihentikan.
Jika dipanaskan sedikit sahaja, biji kopi akan mengekalkan "rasa asal" - rasa yang terhasil pada biji kopi dari keadaan tanah dan cuaca dilokasi ia ditanam. Biji kopi dari kawasan terkemuka seperti Jawa dan Kenya biasanya dipanaskan sedikit sahaja agar ciri-ciri asal kekal dalam rasa. Kaedah pengorengan tempatan bagi bandar Ipoh di Malaysia membabitkan penambahan mentega semasa proses pengorengan, menghasilkan variasi yang dikenali sebagai kopi "putih" Ipoh.
Apabila biji kopi semakin kehitaman menjadi perang gelap, perisa asal biji kopi ditenggelami oleh perisa proses penggorengan itu sendiri. Pada penggorengan garing, "perisa goreng" begitu kuat sehinggakan sukar menentukan asal biji kopi yang digunakan dalam proses tersebut. Biji kopi yang digoreng dijual menurut kadar pengorengan, dari "Gorengan Kayu Manis Ringan (Light Cinnamon Roast)" kepada "Gorengan Vienna (Vienna Roast)" kepada "Gorengan Perancis (French Roast)" dan selanjutnya. Garis pemisah kadar gorengan iaitu tahap "amat garing" dan "hangus" menjadi perdebatan. Tidak seperti yang disangkakan, gorengan garing dan kopi yang lebih kuat rasanya tidak mempunyai lebih (caffeine) berbanding gorengan ringan. Pembekal kopi kebangsaan utama menyesuaikan keluaran mereka untuk memenuhi cita rasa kawasan tertentu dalam negara; sebagai contoh, setin serbuk kopi yang dibeli di Tenggara atau Timur Laut Amerika Syarikat akan mengandungi gorengan lebih garing berbanding pembungkusan yang serupa yang terdapat di tengah Amerika Syarikat.
Pada abad ke 19, kopi biasanya dibeli dalam bentuk biji kopi dan digoreng dalam kuali goreng. Pengorengan bentuk ini memerlukan kemahiran untuk dilakukan dengan baik, dan ditinggalkan apabila serbuk kopi siap digoreng kedap vakum berjaya dihasilkan. Malangnya, disebabkan kopi menghasilkan CO2 selama beberapa hari selepas digoreng, ia perlu dibiarkan lemau sebelum boleh dikedap vakum. Disebabkan ini dua teknologi telah digunakan kini: Illy telah menggunakan tin tekanan dan kebanyakan bungkusan biji kopi digoreng disimpan dalam bungkusan dengan injap bebas tekanan. Masa kini, pengorengan dirumah menjadi popular kembali.
Pengoreng drum berkomputer tersedia yang memudahkan pengorengan di rumah, dan sesetengah orang hanya menggoreng biji kopi menggunakan oven atau pembuat bertih jagung (popcorn). Setelah digoreng, kopi kehilangan rasa dengan cepat, walaupun dengan disimpan dalam bekas kedap oksigen untuk melambatkan proses pengoksidaan. Walaupun sesetengah cenderung menunggu sehingga 24 jam selepas menggoreng untuk menghasilkan cawan pertama, kesemua mereka bersetuju bahawa ia kehilangan perisa dan kepahitannya selepas seminggu digoreng, walaupun di bawah keadaan yang sempurna.
Empat faktor harus diperhitungkan saat menikmati secangkir kopi. They refer to its main characteristics: Mereka mengacu pada karakteristik utama:
Keasaman:
Acidity is related to the dryness caused by coffee on the edges of the tongue and the back part of the palate. Keasaman ini terkait dengan kekeringan yang disebabkan oleh kopi di tepi lidah dan bagian belakang langit-langit. Without sufficient acidity, the coffee is frequently flat. Tanpa keasaman cukup, kopi sering datar.
Aroma: Aroma:
To feel the aroma of coffee, we first inhale the vapor that rises from the cup. Untuk merasakan aroma kopi, pertama-tama kita menghirup uap yang naik dari cangkir. Just like a wine taster, a good coffee drinker, inhales the aroma before allowing his lips to touch the coffee. Sama seperti pencicip anggur, peminum kopi yang baik, menghirup aroma sebelum mengizinkan bibirnya menyentuh kopi.
Body: Body:
This factor is related to the oils and substances extracted from the beans in the course of their processing and refers to the feeling the coffee leaves in the mouth, its viscosity, weight, and thickness. Faktor ini berkaitan dengan minyak dan zat diekstrak dari kacang dalam proses pengolahan dan mengacu pada rasa kopi daun di dalam mulut, viskositas, berat, dan ketebalan. Coffee should not be too liquid. Kopi tidak boleh terlalu cair. It should possess a certain body for not running quickly and escaping the surface of the tongue, leaving it velvety. Ini harus memiliki tubuh tertentu untuk tidak berjalan cepat dan melarikan diri permukaan lidah, meninggalkannya beludru. Only then is it possible to fully appreciate the taste of the beverage. Hanya kemudian adalah mungkin untuk sepenuhnya menghargai rasa minuman.
Taste: Rasanya:
The relation between acidity, aroma, and body gives coffee its taste: caramel, chocolaty, fragrant, fruity, ripe, sweet, almondy, delicate, piquant, etc. Hubungan antara keasaman, aroma, dan tubuh memberikan rasa kopi nya: karamel, chocolaty, harum, buah, matang, manis, almondy, halus, agak pedas tapi enak, dll
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
Pendahuluan Kebijakan penyimpanan suatu komoditi tertentu digudang mempunyai beberapa tujuan diantar...
-
Penentuan Kesadahan Air 19 March 2009 No CommentDalam air tanah atau air permukaan seperti air sumur terdapat sejumlah garam kalsiumdan ata...
-
V. FORMAT DAN STRUKTUR USULAN PKM‐KARYA TULIS 5.1. PKM‐Artikel Ilmiah (PKM‐AI) 5.1.1. PENJELASAN UMUM Berbeda dengan keempat jenis PKM...
-
Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khr...
-
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh...
-
Kopi adalah minuman yang dicampurkan dengan air panas yang disedia daripada benih panggang, biasanya dipanggil biji kopi, bagi tumbuhan kopi...
-
SI kecil pernah muntah-muntah karena keracunan makanan? Duh, jangan sampai terjadi ya Moms! Pertolongan pertama sudah pasti harus dilakukan ...
-
Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya te...
-
Bahaya Mikrobiologis Pengetahuan higiene dan sanitasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menyiapkan pangan yang higienis, ama...
-
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Pangan yang ...