Senin, 13 Februari 2012

Hama Gudang


Pendahuluan

Kebijakan penyimpanan suatu komoditi tertentu digudang mempunyai beberapa tujuan diantaranya untuk cadangan / stok nasional jika terjadi musibah / bencana seperti gempa bumi dan banjir baik yang terjadi secara local maupun nasional dan sebagai penstabil harga dipasar (Dadang 2006).
          Kegiatan penyimapanan menurut Sidik (1997) paling banyak mengakibatkan kerusakan yang nyata pada beberapa  komoditas simpanan. Menurut data yang disajikan oleh Food agricultur Organization (FAO) tahun 1947 kehilangan hasil yang  diakibaatkan oleh adanya infestasi serangga pada biji-bijian dan seral lainnya mencapai 8% di tempat penyimpanan, dan dapat mencapai 10% apabila infesttasi serangga telah diawali dari apang. Pada tahun 1998 dilaporkan bahwa kehilangan hasil pasca panen pada sereal dan kacang-kacangan  berkisar antara 10%-15% dan dapat mencapai 50% di beberapa negara Afrika dan Amerika Latin, sedangkan di Asia kehilangan hasil beras akibt serangga hama pasca panen mencapai 15% (alshoven 1981).
            Upaya untuk menekan adanya susut kualitas dan kuantitas dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan terhadap serangga gudang yang berpotensi menjadi hama pasca panen pada gudang-gudang penyimpanan. Menurut Champ (1989 dalam Sidik 2000) pemantauan (monitoring) tehadap komoditas simpanan dan seranggga hama dapat dilakukan secara terstruktur sehingga mudah dilakukan tindakan pengendalian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi. Lebih lanjut dijelaskan oleh McFarlane (1989 dalam Sidik 2000) bahwa pengetahuan dan pemantauan (monitoring) hama yang efektif dan efisien akan memungkinkan dilaksanakan penyesuaian yang tepat dengan waktu, pemilihan, dan intensitas pengendalian serangga hama.
Monitoring merupakan salah satu kegiatan yang baik untuk mencegah terjadinya infestasi dan serangga hama da gudang pada suatu waktu tertentu sehinggga dapat memperkirakan terjadinya suatu kerusakan ynag akan timbul. Upaya pemantauan tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak diikuti dengan pengetahuan tentang keberadaan dan penyebaran serangga hama di gudang( McFarlane 1989 dalam Sidik 2000).
            Investasi hama merupakan salah satu kegiatan pemantauan (monitoring) untuk mengetahui persebaran Organisme Pengganggu Tanaman/Karantina (OPT/K) di wilayah republic Indonesia. OPTK yang dilaporkan telah terdapat di wilayah republic Indonesia (A2) adalah organisme pengganggu tumbuhan yang mempunyai potensi merugikan ekonomi nasional, penyebaran sedang dikendalikan. Untuk mengeal jenis-jenis serangga dan memahami perilaku setiap species serangga yang dapat menyerang di gudang sangat diperlukan(SKTSH 2001)
Berbagai serangga yang telah dilaporkan dapat terinfestasi dam ytersebar pada komoditas yang disimpan di gudang. Serangga-serangga hama yang biasanya ditemukan di gudang penyimpanan biji-bijian atau kacang-kacangan, misalnya kumbang Ryzoperta dominica, Sitopilus spp, Tribolium castaneum (Herbst) Corcyra cephalonica, Ephestia cautella (Walker)(Suharmat dkk 2006).
Salah satu serangga yang juga dilaporkan serig ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada biji-bijian dan serealia lainnya adalah kumbang Khapra (Trogoderma granarium Everts), yang tergolong dalam Ordo coleoptradan Famili Dermestidae. Kumbang T. granarium merupakan salah satu hama yang menyebabkan kerusakan pada komoditas simpanan dan dapat terikut pada ssat pengiriman dalam perdagangan internasional (Banks 1977). Serangga ini termasuk hama penting dan banyak ditemukan pada kondisi daerah yang panas dan kering. Selain menyerang serealia, serangga ini juga dapat menginfestasi rempah rempah dan beras (Surahmat dkk 2006). T granarium saat ini dilaporkan telah tersebar di beberapa negara Asian, termasuk Asia Tenggara nagara-negara Afrika, Australia, dan USA (Morallo-Rejesus 2001).
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk kumbang Kharpa tersebut dpat dilakukan dengan menggunakan feromon sehingga bermanfaat juga dalam memantau keberadaan serangga tersebut ( Plarre dan Vanderwel 1999). Selain itu, insektisida dari jenis piretroid sintetik dapat digunakan untuk membasmi terbentuknya progen serangga progeny serangga T. granarium pada batas maximum residue limit (MRL)(Onget al. 1994). Selanjutnya dikemukakan oleh Morallo-Rejesus dan Rejesus (2001) bahwa saat ini fosfin dan mthyl bromida digunakan sebagai fumigant untuk pengendalian hama kumbang Khapra.
            Di Indonesia telah pula dilaporkan adanya keberadaan T. granarium everts dan dikategorikan sebagai OPTK A2. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 38/Kpst/HK.060/1/2006 bahwa kumbang T granarium ditetapkan sebaga Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A2 di wilayah Jawa (Deptan 2006).laporan tentang hasil pemantauan yang dialksanakan oleh Balai Karantina Pertanian Jakarta pada tahun 1991, menyatakan OPTK T. granarium telah ditemukan diwilayah Jakarta dan Tangerang pada komoditas beras dan makanan ternak. Sebaliknya, didapatkan hasil yang berbeda dari laporan pemantauan pada tahun 2001 yang meliputi Jakarta, Tangerang oleh Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Soekarno-Hatta, yang menyatakan tidak ditemukan keberadaan T granarium (SKTSH 1991,2001)
            Namun untuk mengantisipasi terjadinya infestasi dan penyebaran serangga ini secara meluas di wilayah Jakarta atau perpindahan ke daerah lain meliputi pengiriman komoditas maka dipandang perlu untuk melakukan sesuatu kegiatan pemantauan/pengamatan terhadap keberadaan serangga hama tersebut. Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan metode survey ke beebrapa gudang penympanan komoditas di wilayah Jakarta. Hal tersebut perlu dulakukan untuk mendapatkan informasi status kumbang Khapra di wilayah Jakarta sebelum melakukan tindakan pengendalian atau tindakan karantina lainnya agar serangga hama tidak meluas ke wilayah lain.
            Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian mengenai kumbang Khapra (T. granarium) untuk mengetahui, menelusuri, dan menganalisis keberadaan dan kerusakan yang diakibatkan kumbang khapra tersebut pada gudang-gudang penyimpanan di wilayah Jakarta.hasil pemantauan tersebut diharapkan akan menjadi sumber informasi penting dalam melakukan pemetaan dan penyebaran kumbang T. granarium. Informasi yang didapatkan dari hasil penelitian ini akan menjadi dasar untuk upaya pengendalian atau tindakan karantina terhadap serangga tersebut.



Pembahasan
Trogoderrma gr

Kerajaan: Animalia.
Filum: Arthropoda.
Kelas: Insecta.
Ordo: Coleoptera.
Famili: Dermestidae.
Genus: Spesies Trogoderma.
Sinonim granarium: Trogoderma kaphra (Panah), T. affrum (Priesner), T. quinquefasciata (Leesberg).
Nama-nama umum: Khapra kumbang, gorgojo kaphra.
Peran: Hama.
            Serangga dewasa T. granarium hidup dalam periode waktu yang sangat singkat yang berkisar antara 5 sampai 14 hari. Menurut Ress( 1996) serangga dewasa T.granarium berukuran panjang yang berkisar antara 1,5 mm sampai denngan 12 mm. Selanjutnya dijelaskan bahwa kumobang tersebut memiliki rambut halus berukuran panjang 2 mm sampai dengan 3 mm berwarna kecoklatan. Selama periode waktu  sampai dengan 14 hari, serangga dewasa betina dapat meletakan berkisar 50 butir elur pada tumpukan makanan pada suhu 25C sampai dengan 35C. Sedangkan pada suhu 40C dapat meletakkan telur sebanyak 100 butir selama 3 samai dengan 4 hari. Serangga dewasa betina berumur 8 sampai denga 12 hari dan akan mati setelah meletakkan telur (Partida dan Strong 1975).


            Telur berbentuk silindris dengan satu pusat yang melingkar berwarna putih susu, kemudian berubah menjadi kuning pucat, dan berukuran panjang 0,7 mm dan lebar o,25 mm, bentuk silindris (Lindgren et al 1955). Menurut Partida dan Strong (1975) telur serangga tersebut berukuran panjang 0,2 mm, telur memiliki sedikit dan akan berubah warna daari warna kemerahan atau kuning kecoklatan pada saat elur semakin matang.
            Larva instar pertama berwarna kuning kecoklatan, dan berubah menjadi coklat kemerahan pada instar berikutnya dan berukuran panjang 6 mm pada larva instar terakhir. Ubuh larva diutupi rambut yang panjang pada ruas abdomen, sedangkan bagian posterior rambut-rambutnya menyerupai ekor (Beal 1956). Larva yang masih muda tidak dapat memakan biji-bijian yang utuh dan tergantung pada kerusakan biji-bijian atau produk makanan yang terbuat dari biji-bijan. Pada biji-bijan yang rusak selalu ditemukan larva muda. Larva dewasa dapa memakan biji-bijian yang utuh. Ketersediaan dan jumlah makanan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, tetapi larva dapat berahan hidup tanpa makan pada periode yang lama (sekitan 13 bulan). Fase dormansi kurang lebih 3 minggu dan diikuti periode makan yang teratur. Proses tersebut memberikan hasil produksi sekitar 41% dari produksi telur yang normal. Proses kelaparan tidak mempengaruhi lama proses pembentukan pupa dari larva dorman.
            Setelah selesai ecdysis, larva berganti kulit, tetapi pupa tetap tinggal dalam kulit yang tersisa selama hidupnya. Pupa memiliki tipe exarate, jantan lebih kecil dari pada betina, rata-rata panjangnya berturut-turut 3,5 mm dan  mm (Hinton 1945). Larva dan pupa memiliki ruas yang sangat berbeda.


Serangga dewasa T. granarium dewasa berbentuk oval panjang, berukuran panjang 1.6 – 3.0 mm, lebar 0.9 – 1.7 mm. Ukuran serangga dewasa betina sekitar 1.4 lebih panjang dari pada ukuran serangga dewasa jantan (Hinton 1945).Serangga dewasa jantan berwarna coklat sampai berwarna hitam dengan pola yang kurang jelas pada elitra yang berwarna coklat kemerahan. Serangga dewasa memiliki kepala yang relatif kecil, memiliki antena yang pendek yang dan terdiri dari 11 ruas. Pada ruas ketiga sampai kelima dari antena berbentuk seperti gada dan bagian permukaan bagian atasnya ditutupi oleh rambut dan kelihatan mengkilat (Hinton 1945). Imago memiliki waktu hidup yang singkat, apabila imago betina kawin hanya hidup 4 – 7 hari, sedangkan bila tidak melakukan perkawinan 20-30 hari. Imago jantan dapat hidup 7-12 hari. Imago tidak dapat terbang dan memiliki tungkai yang pendek. Perkawinan terjadi setelah serangga berumur 5 hari. Kumbang ini dapat menghasilkan telur dengan sempurna pada perkawinan pertama. Pada perkawinan kedua jumlah telur yang dihasilkan semakin meningkat. Pada perkawinan pertama imago betina menghasilkan telur sekitar 66 butir, sedangkan pada perkawinan kedua imago dapat mencapai lebih dari 500 butir telur. Apabila terjadi penundaan perkawinan selama 15-20 harimaka kemampuan menghasilkan telur serangga ini akan menurun sebesar 25%(Hinton 1945).
 Siklus hidup dari kumbang khapra mulai dari telur sampai serangga dewasa adalah rata-rata 220 hari pada suhu 21°C. Pertumbuhan normal serangga ini berkisar antara 21°C sampai dengan 40°C. Serangga dewasa memiliki masa hidup antara 39 - 45 hari pada suhu 30°C dengan kelembaban 75%. Pada suhu optimum yakni suhu 35°C, siklus hidupnya mencapai 26 hari dapat. Kumbang khapra dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim, baik pada kondisi suhu yang rendah ataupun pada suhu yang sangat tinggi (Pingale 1976). Namun pada saat fase larva, suhu di bawah 25°C larva akan bergerombol, dan berdiapause selama 6 tahun (Burges 1962). Larva dapat bertahan pada suhu -8°C dalam kondisi tidak aktif. Pertumbuhan dapat terjadi pada kelembaban 2%.Pada kelembaban relatif yang tinggi dapat menjadi faktor pembatas kumbang khapra untuk dapat bertahan hidup. Pada keadaan yang lembab, kompetisi antar spesies tidak dapat berjalan dengan baik (Burges 1962).
Kumbang khapra mengifestasi hampir seluruh hasil tanaman kering, bahan yang berasal dari hewan, tetapi lebih menyukai biji-bijian seperti gandum, barley, oats, jagung rye, dan produk olahan seperti tepung, malt, dan mie. Kumbang ini dapat memakan produk dengan kadar air 2% (Hinton 1945). Kumbang ini juga dapat berkembang pada material hewan seperti tikus mati, darah kering, danserangga kering.

Tahap Pencegahan
1.      Menjaga kebesihan gudang
Hama gudang menyukai tempat-tempat tersembunyi dank arena ukurannya yang kecil, secara sekilas sering tidak terlihat. Oleh karena itu, pengusaha atau produsen biji-bijan hendaknya senantiasa menjaga kebersihan gudang, mulai dari sejak di gudang penggilingan hingga di gudang penyimpanan. Untk menjaga kebersihan gudang dapat dilakukan hal berikut:
-          Memasang lantai keramiik
-          Gudang harus selalu dibersihkan tiap hari dengan cara disapu dan dipel
-          Pintu selalu tertutup
-          Petugas gudang harus melepas alas kaki saat masuk
2.      Menjaga suhu dan kelembaban gudang
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum termasuk dalam hal hama gudang baik jenis T granarium. Suhu optimum pertumbuhan hama gudang adalah 25-32C. Ketahanan hidup akan turun drastic di luar kisaran tersebut. Disamping itu, kelembababn udara di gudang penyimpanan juga harus dijaga


.
3.      Kemasan kedap udara
Semua makhluk hidup termasuk serangga memerlukan udara untuk aktivitas pernafasan. Oleh karena itu, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mendesai kemasan biji-bijian yang kedap udara.
4.      Sistem pengendalian atmosfer
System ini dilakukan dengan mengubah komposisi udara dalam ruang penyimpanan. Konsentrasi oksigen dalam ruang penyimpanan dikondisikan serendah mungkin dan digantikan dengan gas lain dari luar seperti CO dan N. system ini sangat aman karena tidak menggunakan pestisida yang berbahaya bagi manusia. Apaila keadaan atmosfer dijaga pada kondisi oksigen rendah (kurang dari 2% lebih disukai sekitar 0,5%) atau kadar CO yang tinggi (lebih besar $0 , lebih disukai pada 60%), biji-bijian aman disimpan dalam waktu lama dengan mutu yang tetaap baik.
5.      Menurunkan tingkat kadar air
Kadr air biji berkorelassi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik bagi serangga sehingga ketahanan hidupnya u meningkat. Sebaliknya ketahanan hidup hama pasca panen menurun bila kadar biji rendah. Biji  dengan kadar air kurang dari 14% akan lebih disimpan, sedangkan biji dengan kadar air lebih dari 14% akan menyebabkan perkembangbiakan mikroba dan serangga bertambah cepat.
6.      Meningkatkan derajat sosoh
Serangga hama gudang sangat menyukai zat-zat yang terdapat dalam bekatul karena banyak mengandung lemak, protein, dan viamin. Itu sebabnya beras dengan derajat soso rendah (masih banyak mengandung lapisan bekatul) mudah mudah diserang hama gudang.
7.      Mencegah kutu datang
Pencegahan kutu dating juga dapat dilakukan dengan cara meggantungkan kantong-kantong berisi cabe merah kering atau daun jeruk purut.




Kesimpulan
Serangga dapat menyebabkan kerusakan atau kehilangan terhadap bahan pangan, didominasi oleh serangga dari kelompok ngengat dan kumbang. Serangga tersebut umumnya menyerang serelaia, biji-bijan, dan tepung-tepungan. Hal ini dapat dicegah dengan Menjaga kebesihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban gudang, kemasan kedap udara, sistem pengendalian atmosfer, menurutkan tingkat kadar air, meningkatkan derajat sosoh, mencegah kutu datang.

Entri Populer